Hello ^^

Apa yang saya tulis semuanya berasal dari hati dan pikiran.
Apa yang saya tulis tidaklah selalu 'saya' dan apa yang anda baca tidaklah selalu 'anda' :)

Monday, 29 December 2014

Ketika Bumi merindukan Langit

Terdiam. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Kala perasaan ini muncul kembali. Entahlah, apa yang sedang ku rasakan. Tiba-tiba hati ini terasa berat. Jantung ini berdetak kencang. Seperti sedang di kejar oleh sesuatu aku berusaha untuk berlari. Didalam hati. Apakah besok matahari akan berubah beda? Apakah cahayanya terlihat beda ditempatku atau bahkan ditempatmu. Malam ini, adalah ketigakalinya aku memimpikan seseorang yang sedang aku usahakan untuk dilepaskan. Kata papah ini pertanda dia merindukanku, namun mengapa aku yang merasa rindu? Rasanya cukup lelah, membiarkan hati ini untuk tetap merindukan seseorang tersebut, tanpa mencoba untuk mengungkapkan-nya. Buatku merindukannya saja mungkin sudah cukup melanggar, apalagi jika aku mengucapkannya, itu sangat-sangat melanggar peraturan. Aku sadari seberapa banyak cara yang kulakukan untuk mengganti peran Langit, tida akan ada yang pernah berhasil. Karena sejak awal aku kenal Langit, hanya dia-lah Langitku. Dan akan selalu tetap dia. Sekalipun aku bertemu dengan langit-langit yang lain. Tetaplah akan berbeda. Tak akan pernah sama. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan berhasil melepaskan Langit dari genggamanku, dari awal semua sudah menjadi salahku. Salahku karena aku terlalu erat menggenggam-nya. Mungkin dia merasa sakit dan akhirnya melepaskan diri. Dan aku tida punya kekuatan apa-apa untuk menahannya, selain membiarkan ke-gengsian dan ke-egoisan ini menguasai diriku. Sehingga pada akhirnya hanya penyesalan lah yang aku terima. Manusia, begitulah adanya. Selalu menyesal di kemudian hari. Ketika aku benar-benar meninggalkan semua kesempatan-kesempatan untuk terakhir kalinya bertemu dengan dirinya, aku tidak memikirkan akan se-menyesal ini. Aku tidak terfikir akan benar-benar merasa kehilangan sosok sang Langit di kehidupanku. Sesaatpun, aku tida berusaha mencarinya. Menemukan dambaan hati ini. Tapi beginilah mungkin takdir yang harus kujalani. Seseorang yang semenjak dulu aku idolakan, kini menjadi hanya kenangan indah, yang selalu ku kenang setiap Pagi, dan ku rindukan setiap Malam. Kini langitku telah menjadi Idola sejati yang tidak akan aku lupakan. Kebaikannya, Kehebatannya, Kelucuannya, Keangkuhannya, Ke-egoisannya, Kesetiannya, Kepintarannya, dan yang lainnya yang hanya benar-benar dimilikinya, dan bisa kudapatkan hanya darinya. Dialah satu-satu nya figur yang tepat dan kuanggap mirip dengan ayahku. Aku merindukan warna-warni hidupku bersamanya. Saat semuanya harus berakhir. Apa yang bisa kulakukan? Selain mengenang setiap detik ketika kami bersama? Apa yang bisa kami lakukan, ketika hati kami sama-sama ingin bersama tapi kami harus terpisah oleh dua dunia yang tidak bisa kami selami? Kemanakah kami harus berlari agar bisa dipertemukan di titik yang sama? Kepada siapakah kami memohon untuk bisa dipersatukan seperti sebelum hari itu terjadi? Begitu banyak pertanyaan melintas dan berputar-putar di setiap bilik otakku. Berusaha menemukan jawaban yang tepat untuk dipercaya. Namun yang terjadi hanyalah kehampaan, disetiap detik waktu yang berganti. disetiap sudut yang ku datangi berlalu tanpa bisa kurasakan lagi maknanya.

Andai dia tahu seberapa besar aku menginginkan dirinya tetap hadir. hidup. nyata. disampingku. Andaikan dinginnya malam ini bisa digantikan dengan kehangatan dipeluk olehnya, andaikan kami bisa melihat indahnya malam dengan hiasan ribuan bintang bertaburan di setiap penjuru langit. Andaikan kami bisa menyampaikan surat demi surat yang melewati dua portal pemisah dunia kami. Tapi teman-temanku mengatakan : Ikhlas. Apa itu Ikhlas? Bantu aku untuk menjawabnya.



WRM

No comments:

Post a Comment