Hello ^^

Apa yang saya tulis semuanya berasal dari hati dan pikiran.
Apa yang saya tulis tidaklah selalu 'saya' dan apa yang anda baca tidaklah selalu 'anda' :)

Monday 23 January 2012

Mom is Everything ...

Bagi gue nyokap adalah segalanya, nggak ada yang bisa menjadin pengganti dari nyokap gue. nyokap gue bisa menjadi apapun yang gue mau. Hanya nyokap yang bisa mengerti dan memberikan yang terbaik buat gue. Walaupun memang, selama 17th ini gue nggak pernah sekalipun menyadari betapa pentingnya keberadaan nyokap. Tapi dalam perjalanan gue menuju 18th gue sudah bisa memahami betapa pentingnya nyokap buat gue.


Nyokap yang selalu memberikan beribu-ribu kalimat untuk bekal kehidupan gue, dulunya selalu saja gue abaikan. Hanya sebagai angin lalu yang gue anggap nggak penting. Selalu menganggap nyokap nggak pernah mengikuti apa yang gue mau, selalu menganggap hanya keinginan nyokap aja yang harus gue penuhi, tanpa mementingkan perasaan gue. Namun saat ini gue menyadari betapa pentingnya nyokap. Ketika gue jauh dari rumah, orang pertama yang ngebuat gue rinduuuuuuuuuuuu banget adalah nyokap gue, bukan yang lainnya. Bukan mantan yang masih sangat gue sayang, atau orang lain. Gue baru menyadari satu tahun terakhir ini bahwa apa yang nyokap katakan untuk gue adalah yang terbaik. Bukan semata-mata hanya membuat gue tidak bisa mendapatkan apa yang gue mau. Ketika memulai untuk mengikuti kata-kata nyokap, hati gue masih setengah hati dalam menjalaninya, karena setengah hati yang lainnya bertentangan dengan apa yang dikatakan nyokap. Namun seiring waktu berjalan, gue mulai mengetahui siapa “dia” dan untung saja gue mengikuti apa kata nyokap. Seandainya saat itu gue masih terjebak, mungkin bertahun-tahun gue nggak akan lepas dari “dia”. Gue bersyukur memiliki nyokap seperti nyokap gue. Nyokap bagaikan hadiah dari Tuhan yang nggak akan pernah ternilai. Kadang memang ada rasa sebel gue ke nyokap, tapi semua itu nggak berarti lagi ketika gue mengingat-ingat kebaikan tanpa batas yang udah nyokap berikan untuk gue. hanya saja saat itu gue kadang-kadang menyadarinya. Tapi, mulai saat ini gue akan selalu menjadi anak yang terbaik untuk nyokap gue, dan dapat membahagiakan nyokap gue. Selalu ingin menjadi yang terbaik hanya untuk nyokap.


Ketika gue sudah mulai tumbuh dewasa, frekuensi pertemuan gue dengan nyokap gue mulai berkurang. Tapi gue nggak akan sampai melupakan nyokap gue. bahkan saat gue mulai untuk meniti arir gue, hal yang pertama ingin gue lakukan adalah memberikan sesuatu untuk nyokap gue. hal yang gue inginkan adalah memberikan kebahagiaan kepada nyokap gue, karena sudah 17th ini gue tinggal bersama nyokap, nyokap selalu berusaha membuat gue bahagia. Sekarang giliran gue untuk membahagiakan nyokap. Nggak boleh gue membuat nyokap gue sakit hati, atau sedih gara-gara gue. gue janji akan memberikan yang terbaik sama nyokap gue.


Gue jauh dari nyokap gue, bukan karena gue ingin menjauh dari omelan-omelan nyokap gue. justru karena gue jauh dari nyokap gue, hal yang paling gue rindukan dari nyokap gue adalah omelan nyokap gue. disini nggak ada yang bisa ngomelin gue. sedangkan nyokap gue hanya bisa mengomeli gue saat ditelepon. Walaupun nggak ada orang yang ngomelin gue disini. Gue nggak akan menggunakan kepercayaan nyokap gue dengan perbuatan-perbuatan yang nggak penting, gue tetap menghargai kepercayaan nyokap gue untuk gue jauh dari nyokap. Alasannya? Karena gue ingin menjadi yang terbaik untuk nyokap gue. gue juga nggak mau nggak bisa jadi yang terbaik hanya karena masalah yang sepele.


Hal yang paling gue inginkan adalah, meminta kepada Tuhan untuk memanjangkan umur nyokap gue. karena gue ingin memberikan yang terbaik disetiap waktu yang gue punya untuk nyokap gue. walaupun jauh, gue akan selalu memberikan waktu untuk bertemu nyokap gue nanti. Izinkan gue untuk bisa membahagiakan nyokap lebih dari yang pernah nyokap lakukan terhadap gue. gue ingin nyokap bisa bahagia, melihat gue bahagia bersanding dengan seseorang yan g gue inginkan, tetapi juga menjadi pilihan nyokap gue. gue ingin nyokap gue bisa bahagia memiliki keturunan dari gue, yang akan menggantikan gue mengisi hari-hari nyokap gue ketika gue nggak bisa mengisi hari-harinya nyokap gue.


Ma, maafin kakak yang selalu nggak pernah dengerin ocehan mama. Maafin kakak yang pernah bohongin mama. Maafin kakak yang nggak pernah nurut dengan kata-kata mama. Tapi, semenjak umur 17th kakak sudah mulai mengikuti kemauan mama, dan sekarang kakak bisa merasakan betapa sangat sangat benar apa yang sudah mama pernah katakan kepada kakak. Seandainya kakak mengikuti kata-kata mama semenjak dulu, mungkin kakak nggak akan pernah berada didalam keadaan yang tertekan seperti saat itu. Namun ini semua adalah pelajaran untuk kakak bisa menghargai apa yang mama katakan. Karena yang mama katakan adalah yang terbaik untuk kakak. Terimakasih ma, sudah mau merawat dan membesarkan kakak sampai kakak berumur 17th. Sekarang saatnya kakak membahagiakan mama. Walaupun nggak akan bisa sebanding dengan apa yang sudah mama berikan kepada kakak. Setidaknya kakak ingin membuat mama selalu bahagia. Tanpa harus memikirkan sesuatu yang bukan menjadi tanggung jawab mama lagi. Kakak sangat merindukan mama, tapi biarkan saja kakak belajar hidup mandiri disini. Supaya kakak bisa mengerti apa arti kehidupan yang sebenarnya. I LOVE YOU MOM! ^^

-End-

Cinta untuk DIA ..

Ketika kita memiliki sebuah CINTA untuk seseorang, seseorang yang kita anggap sebagai orang yang sempurna dimata kita. Seseorang yang selalu menjadi yang terbaik untuk kita. Namun dikenyataannya seseorang itu nggak dapat kita miliki. Padahal kita sudah yakin dengan pilihan kita bahwa seseorang itu adalah yang terbaik. Namun Tuhan memiliki jalan yang lain, sehingga membuat kita nggak bisa bersama-sama untuk selamanya. Entah apa yang membuat hal itu terjadi, kita harus berpisah dengan seseorang itu. Tanpa ada alasan yang jelas, yang mampu memberitahu apa alasannya. Intinya kita dengan seseorang tersebut ngg bisa bersama.


Kalau memang nggak bisa bersama, ya nggak bisa bersama. Walapun kita dan seseorang yang kita miliki saling mencintai. Walaupun kita dan seseorang yang kita miliki sudah menjalani hubungan bertahun-tahun. Namun apabila bukan “Jodoh” tetap saja nggak akan ada perubahan. Pasti berpisah. Seandainya saja apa yang selalu menjadi pilihan kita bisa menjadi pilihan yang cocok (berjodoh) dengan kita. Tapi, sepertinya tidak selalu akan menjadi cocok.


Padahal kita dan seseorang itu saling jatuh cinta, bisa saling menjaga, bisa saling menghargai, bisa saling pengertian. Tapi kenapa tidak bisa menjadi Jodoh? Apakah Jodoh tidak bisa kita yang menentukan? Apakah kita tidak bisa memilih mana yang cocok untuk kita? Bagaimana kalau kita memilih seseorang itu? Apakah akan menjadi baik?


Walaupun kita memang nggak bisa bersama-sama dengan seseorang yang kita mau, namun hubungan yang pernah terjadi diantara kita dan seseorang itu nggak akan pernah putus, walaupun ada kata perpisahan yang mengakhiri hubungan itu, namun itu tidak akan membuat hubungan terputus begitu saja. Tidak akan.


Semuanya telah menjadi kenangan. Senyumannya, tawanya, kebaikannya, perjuangannya, letihnya, air matanya. Demi melihat seseorang yang kita mau bahagia, kita harus menuruti apapun keinginannya. Karena hanya itu yang bisa kita lakukan untuk membuatnya bahagia. Semuanya berjalan tanpa kita tahu kemana arah perjalanan ini. Sampai kita bisa menemukan seseorang yang baik, bertanggung jawab, peduli, dan mencintai kita lagi. Seiring dengan berlalunya waktu.


Nggak akan pernah menyerah demi membuat orang yang kita inginkan, tersenyum bahagia di atas Langit sana. ^^ Semoga seseorang itu bahagia dan mendapatkan tempat terbaik. Begitu banyak hal yang seseorang itu lakukan untuk kita, kini kita harus membalasnya dengan membuatnya bahagia. Apapun yang dimintanya. Bagaimanapun caranya. Seseorang itu nggak akan pernah mati didalam hati kita. Karena seseorang itu yang kita inginkan. Seseorang itu yang selalu mampu membuat kita merasa tenang dan nyaman.


Kita selalu berharap, dengan ini seseorang itu dapat tersenyum diatas sana, karena melihat apa yang sudah kita lakukan demi dirinya. Semoga bahagia. Semua kenangan diantara kita dan seseorang itu nggak akan pernah terhapus, walaupun nggak ada bukti nyata dari kenangan-kenangan tersebut. Cukup ada didalam pikiran kita ^^

Sarangheo ^^

-End-

Ketika kita Mencitai ...

Bagaimana perasaan kamu seandainya kamu memiliki seseorang yang sangat kamu cintai, tetapi seseorang itu meninggalkan kamu? Apa yang akan kamu lakukan seandainya kamu sangat-sangat ingin berada didekat orang yang kamu cintai, tapi ternyata pada kenyataannya kamu tidak bisa? Apa yang akan kamu katakan bila kamu mencintai seseorang tetapi seseorang itu akan pergi untuk selamanya dari kehidupan kamu? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukkan untuk kamu yang selalu memikirkan seseorang yang ada dimasa lalu kamu. Biar tulisan ini yang menjawab semua pertanyaan kamu.

Ketika kita mulai mencintai seseorang, kita akan merasakan bahagia yang sangat luar biasa. Mencintai adalah kebahagiaan yang nggak akan pernah ternilai ataupun dibandingkan dengan apapun. Bahkan saat kita juga mulai merasakan bahwa seseorang yang kita cintai mencintai kita juga. Sungguh bahagia yang sangat sempurna. Namun, ketika kita mulai berani untuk mencitai seseorang. Kita harus memiliki perisai yang sangat kuat, untuk melawan rasa sakit yang tidak kita tahu kapan akan datang. Mungkin kalian bingung apa “sakit” yang dimaksud dalam tulisan ini. Sakit yang dimaksud adalah ketika tiba-tiba cinta diantara kita dengan seseorang yang kita cintai harus pergi.

Kepergian, dari seseorang yang sangat kita cintai, yang selalu dapat menyita pikiran kita, yang selalu ingin kita perhatikan, yang selalu ingin kita jaga, yang selalu membuat kita bahagia cukup dengan melihat senyumnya saja, pasti sangat membuat diri kita sengsara. Serasa sebagian hidup kita hilang. Karena itu kita akan menjadi seperti seseorang yang hidup namun tidak memiliki nyawa. Sangat datar kehidupan kita. Namun apa yang bisa kita lakukan? Kalau memang seperti inilah jalan kehidupan yang sudah Tuhan garisnkan untuk kita. Memang kita telah membuat daftar didalam kehidupan kita. Namun tetap saja Tuhan yang memegang penghapusnya, apabila daftar yang kita tuliskan tidak baik untuk kita Tuhan akan menghapusnya dan menggantikannya dangan daftar yang terbaik untuk kita.

Awalnya dalam menjalani kehidupan kita selanjutnya memang sangat berat. Sangat berat. Bahkan rasanya tidak ingin untuk menjalani kehidupan selanjutnya. (Trauma, Ingin mati rasanya, Hidup ini nggak ada artinya lagi, dan masih banyak lagi) itu adalah kata-kata yang selalu terpintas didalam pikiran kita. Memang tidak baik. Tetapi itu adalah hal wajar, namun kita nggak bisa hanya diam pada pemikiran yang seperti itu. Boleh saja kita merasa down. Tapi itu nggak berlaku selamanya. Hanya beberapa saat. Kita perlu memberikan waktu terhadap perasaan kita, saat kita memberikan waktu untuk perasaan kita dapat pulih kembali, kita harus menyusun rencana baru.

Kehilangan seseorang yang sangat kita cintai bukanlah akhir dari segalanya. Masih banyak hal diluar sana yang harus kita kerjakan dan selesaikan. Seseorang yang sangat kita cintai juga berharap kita dapat melanjutkan kehidupan kita. Tidak hanya berdiam diri dan masih memikirkan masa lalu. Masa lalu biarlah berlalu, bukan berarti kita harus melupakan masa lalu kita, hanya saja kita perlu mewarnai kehidupan kita selanjutnya dengan warna-warna kehidupan yang lebih beragam, tidak dengan warna putih-abu atau sepia pada masa lalu. Waktu terus berjalan, membuat kita terus tumbuh. Seiring dengan perjalanan waktu yang kian berputar kita pasti akan mendapatkan seseorang yang baru. Nggak usah munafik bahwa kita memang masih mencintai seseorang didalam masa lalu kita, namun seseorang itu sudah tidak ada, dan nggak akan ada keajaiban apapun yang dapat mengubah dia tiba-tiba hadir dikehidupan kita. Saat itulah waktu kita untuk bisa berubah, memberikan kesempatan untuk mengisi hati kita kembali. Berharap dan meminta kepada Tuhan bahwa ini adalah yang terbaik untuk kita. Tidak perlu takut dalam mengulang sebuah hubungan yang sempat gagal pada masa lalu. Saat itu kita bukan gagal, hanya saja tidak menemukan yang pantas, dan seseorang itu tidak cocok dengan kita. Itu saja. Seseorang yang kita cintai pasti akan tersenyum bahagia ketika kita bisa tersenyum bahagia didunia ini. ^^
-End-

Wednesday 18 January 2012

Malaikat ♥ a.k.a Jung Il Woo


#JungIlWoo #Cry #SoSweet #Romantic
When He's Cry His GirlFriend



#JungIlWoo #Cry #SoSweet #Romantic
When He's Cry His GirlFriend


Malaikat yang Tampan, Romantis dan Sangat Baik Hati. yang paling membuat dia sempurna adalah karena dia Setia ♥. I ♥ Him so much ^^

Paling menyukai ketika si Malaikat menangis. ♥ bangeeeeet moment itu. benar-benar tulus mencintai sang kekasihnya, dan menangis karena sangat merindukan kekasih. gue bermimpi memiliki seseorang yang bisa menangisi gue seperti malaikat ini, karena menandakan bahwa Dia nggak ingin kehilangan gue ^^
I ♥ You so much Angel ^^



#JungIlWoo



#Jung IlWoo



#JungIlWoo



#JungIlWoo



#JungIlWoo

Ini adalah Gadget yang saya inginkan ^^


#Iphone #amazing #nice #kepengen #haruspunya #shouldHaveCouple ^^
kalau punya pacar xoxo



#Iphone #amazing #nice #kepengen #haruspunya ^^



#Iphone #amazing #nice #kepengen #haruspunya ^^




#Iphone #amazing #nice #kepengen #haruspunya #Instagram ^^




#Iphone #amazing #nice #kepengen #haruspunya #inMyHold ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^


#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^



#Iphone #myGadgetdream ^^


Hope I can Have this as soon as possible, 'cause Im so very love this Gadget. ^^

Saturday 14 January 2012

Gue adalah seorang pemusik ...


Gue adalah seorang pemusik, semenjak SMP gue bercita-cita menjadi seorang pemusik. Saat ini gue sudah bisa mencapai cita-cita gue itu. Gue menjadi salah satu personil dari grup band indie di Jakarta. Gue sudah sering mendapatkan kesempatan untuk mengisi beberapa acara besar yang ada diJakarta, bahkan sesekali gue dan anggota band gue mengisi acara yang berada di luar kota. Kehidupan gue selalu identik dengan suara-suara yang berirama. Setiap hari gue mendengarkan musik bahkan bila gue memiliki inspirasi gue bisa membuat lagu. Tapi untuk membuat lagu diperlukaan saat-saat tertentu. Misalnya ketika gue memiliki perasaan yang sangat ingin gue ceritakan, ketika gue melihat sesuatu dan ingin gue abadikan melalui musik. Atau ketika gue mengalami momen-momen indah dengan orang-orang yang gue sayangi. Gue bangga dengan keberadaan gue sebagai seorang pemusik, karena musik dapat memberikan inspirasi terhadap semua orang, bukan hanya melalui tulisan saja, namun kebanyakan melalui suara-suara yang bisa membuat hati merasakannya. Banyak orang yang merasa kesepian tanpa musik, banyak orang yang tidak bisa mengawali haari-harinya tanpa musik. Mereka menganggap musik sebagai perwakilan dari apa yang mereka rasakan. Tulisan yang dibuat menjadi lirik kemudian disempurnakan dengan aransmen melodinya, itulah musik.Tapi saat ini berbeda, gue menatap musik sebagai mimpi buruk,walaupun awalnya gue mencintai musik. Namun semenjak saat itu ....
Hari ini adalah penampilan perdana band gue, kami semua melakukan persiapan yang tidak biasa-biasa saja. Setiap hari kami latihan, gue sebagai pemain bass juga memainkan bass dengan sepenuh hati. Selain mempersiapkan penampilan, kami juga mempersiapkan kesehatan kami. Untuk gue sendiri, selalu mendapat dukungan dari Ayah dan Ibu, juga Rara. Rara itu pacar gue, kita udah pacaran selama 8 bulan, baru yah? Tapi gue berharap bisa mempertahankannya sampai waktu habis. Rara selalu bisa jadi yang terbaik buat gue. Kalau gue lagi sedih, kalau gue lagi bete, Rara selalu bisa ngebalikin mood gue jadi membaik. Rara juga menjadi salah satu Inspirator gue. Yang ngebuat gue bangga punya Rara adalah dia pintar dalam merangkai kata-kata. Gue selalu minta dia untuk ngebuatin gue lirik, yang kemudian gue buatkan instrumennya. Rara adalah sosok yang terbaik yang pernah gue miliki. Baru kali ini gue ketemu cewek yang begitu terlihat sempurna dimata gue, yah gue akui memang nggak ada manusia sempurna di dunia ini, namun Rara bisa menjadi bagian yang membuat gue sempurna.
“Bima, hari ini cewek lo nggak nonton penampilan lo?.” Tanya pemain gitar band gue.
“Dateng, tapi dia bareng sama sahabatnya, katanya nganterin sahabatnya ke Rumah Sakit dulu.” Jawab gue
Hari ini Rara berencana datang untuk melihat penampilan gue, setiap gue tampil Rara memang selalu nonoton. Hanya saja kali ini Rara nggak berangkat bareng dengan gue. Katanya mau nganter Desy, sahabatnya ke Rumah Sakit dulu. Karena gue harus siap-siap sebelum tampil, gue nggak bisa nemenin dia ke Rumah Sakit. Tapi satu jam menjelang gue tampil Rara nggak datang juga. Gue mencoba menghubingi Handphonenya tapi nggak diangkat. Apa mungkin dia masih dijalan? Gue agak sedikit gelisah. Nggak biasanya Rara sampai nggak angkat telpon gue. Namun gue berusaha untuk percaya bahwa nggak terjadi apa-apa dengan Rara.
Lima belas menit lagi gue tampil, tapi Rara belum juga datang. Kegelisahan gue semakin menjadi. Gue takutnya Rara kenapa-kenapa dijalan. Seseorang, tiba-tiba menepuk bahu gue.
“Ma, semangat yah buat penampilan lo hari ini.”
Ternyata Desy, hati gue lega. Kalau Desy sudah ada disini, pasti Rara juga. Tapi, gue nggak melihat Rara disisi Desy. Apa mungkin Rara nggak dateng? Tapi nggak mungkin. Kalau Desy ada disini, Rara pasti bersama Desy. Gue clingak-clinguk nyari dimana wujud Rara.
“Nyariin Rara yah? Rara lagi ditoilet Ma.”
“Oh, iya-iya.”
“Bima, ayo kebelakang stage, 5 menit lagi nih.” Tyo, vokalis band gue manggil gue.
“Des, gue nggak sempet ketemu Rara nih, nitip pesen bilang gue udah mau manggung yah.”
“Oke.”
Gue menuju belakang panggung, hati gue bener-bener nggak tenang kalau nggak melihat Rara sebelum gue manggung. Tapi gue harus profesional, gue nggak boleh melakukan kesalahan karena lagi nggak konsentrasi. Semoga dipanggung nanti gue bisa melihat Rara.
“Oke temen-temen semua, sekarang akan kita saksikan penampilan selanjutnya dari Band Climate. Beri tepuk tangan dooooong.” Teriak MC dari atas panggung.
Gue udah sering tampil dipanggung, tapi kenapa rasa nervouse gue nggak pernah hilang yah. Gue menarik nafas panjang, dan menghembuskannya pelan-pelan. Satu persatu anggota band gue naik keatas panggung. Gue yang terakhir. Petikan gitar sudah mulai terdengar, secara refleks gue mengikuti dengan petikkan bass gue. sambil memainkan lagu pertama, pikiran gue terbagi dua, pertama mencari sosok Rara, kedua ke petikan bass gue. Gue putar mata gue kesegala arah. Namun gue nggak menemukan sosok Rara. Gue perhatikan penonton perempuas satu persatu, namun mereka semua bukan Rara yang gue cari. Saking banyaknya penonton, mungkin itu yang membuat gue sulit mencari Rara. Saat lagu pertama hampir habis, gue melihat ada balon berbentuk hati, berwarna pink dan tertulis “Semangat Bima” di balon itu. Gue tersenyum melihatnya, walaupun hanya balonnya saja yang terlihat, gue sudah yakin bahwa itu adalah Rara. Memang cewek gue selalu punya banyak ide kreatif. Gue baru inget kalau cewek gue nggak terlalu tinggi, pantas saja gue bingung mencari keberadaan dia. Tapi ternyata Rara sudah antisipasi, dengan membuat balon itu. Gue menjadi semakin semangat membawakan lagu-lagu selanjutnya, dan balon itu masih tetap berada disana. Gue senyum-senyum sendiri melihat balon itu. Ingin rasanya cepat-cepat menyelesaikan lagu terakhir dan turun dari atas panggung. Mencari Rara dan memeluknya.
Akhirnya lagu terakhir pun selesai dibawakan oleh band gue. setelah menuju tempat persiapan band gue dan menaruh bass gue, tanpa pikir panjang gue langsung keluar dan menuju tempat penonton. Saking banyaknya ada penonton, gue jadi bingung Rara ada dimana. Gue baru inget, ngapain gue yang repot-repot sendiri ke tempat penonton, Rara pasti udah ada ditempat persiapan band gue. Ah bodohnya gue, gue kembali lagi menuju tempat persiapan band gue, setengah berlari, sampai disana gue melihat temen-temen band gue sedang foto-foto bareng fans.
“Tyo, lu lihat Rara nggak?.” Tanya gue pada Tyo
“Enggak, emang dia dateng?.”
“Dateng, tadi gue lihat dia di antara penonton.” Jawab gue
“Eh, ma tadi ada satpam nitipin balon balonan tuh buat elu, hebat ih sampe satpam pun ngefans sama lo. Hahahahahahaha.” Ucap Feri
Balon? Seketika gue langsung ingat, balon yang tadi gue lihat jangan-jangan.
“Mana sekarang balonnya?.” Ucap gue sedikit panik.
“Ada tuh di atas tempat bass lo.”
Mata gue segera terarah ke tempat yang dikatakan Feri, dan benar balon itu ada. Segera gue ambil balon itu. Ada kartu tertempel di tangkai balon itu. Gue buka kartu itu dan membaca isinya.
Penampilan kamu bagus banget
Suka deh lihat kamu make kaos itu ^^
Rara
Tiba-tiba handphone gue bunyi, tanda ada panggilan masuk. Gue raih handphone ari saku celana, melihat layar dan tersenyum begitu tahu siapa yang memanggil.
“Rara, kamu dimana?.” Segera gue ucapkan saja pertanyaan itu.
“Maaf, aku pulang duluan yah. Tiba-tiba mama nelpon suruh aku kerumah, kami mau ke Bandung. Maaf yah mendadak. Aku juga baru dapet kabarnya tadi. Padahal aku pengen banget ketemu kamu. Tapi tadi sempet lihat kamu manggung, bagus banget loh. Aku suka ngelihat gaya manggung kamu. Hehe. Bima, kenapa kamu diem aja?.”
“Kamu nyerocos udah kaya petasan tau nggak. Sayang, aku pengen ketemu kamu padahal. Yaudah deh. Kapan kamu pulang?.”
“Secepatnya, aku juga belum tahu.”
“Memangnya di Bandung ada apa?.”
“Nggak ada apa-apa, mama minta aku nemenin dia selama di Bandung. Maaf yah, aku usahain cep uhuk uhuk uhuk...” Tiba-tiba telpon Rara mati.
Kenapa dengan Rara, perasaan gue udah nggak enak, kenapa ini? Kenapa tadi Rara begitu batuk mematikan telponnya? Gue merasa ada yang disembunyikan Rara dari gue. Segera gue menghubungi Desy, mungkin saja dia masih ada disini. Tapi sama sekali nggak ada jawaban. Ada apa dengan semua ini? Gue pamit pulang sama anak-anak. Mungkin gue bisa datang ke rumah Rara dan mendapatkan jawaban bahwa Rara memang ke Bandung. Saat gue berjalan ke pintu keluar gue mendengar ada suara ambulans menjauh, pasti habis ada penonton yang kenapa-kenapa nih batin gue. Gue menuju mobil diparkiran, kemudian melesat pergi menuju rumah Rara.
Sampai dirumah Rara, gue menemukan keadaan rumah itu sepi, sepertinya nggak ada orang, tapi gue tetap saja memencet bel rumah Rara. Setelah pencetan bel ke tiga nggak ada respon gue pergi meninggalkan rumah, namun ketika hendak masuk kedalam mobil tetangga Rara nyamperin gue.
“Nyari siapa mas?.”
“Oh, saya mencari Rara dan mamanya.”
“Mamanya Rara? Tadi saya lihat Ibu buru-buru naik taksi.”
Ternyata benar mereka ke Bandung. Batin gue.
“Tapi mas, kalau mbak Rara saya nggak tau mas. Lagipula tadi Ibunya mbak Rara buru-buru banget, dan saya lihat beliau sambil menangis mas.” Lanjut Ibu tetangga itu.
“Nangis? Maksud Ibu?.” Tanya gue meminta penjelasan lebih detail.
“Iya mas, waktu Ibunya mba Rara nunggu taksi, beliau sambil sesenggukan menangis, bahkan saya manggil saja nggak didengar dan setelah taksinya datang Ibunya mbak Rara langsung masuk kedalam taksi.” Ujar Ibu tetangga itu panjang lebar.
“Yaudah Ibu makasi ya bu.”
Gue segera masuk kedalam mobil dan menjalankan mobil. Dipikiran gue berputar-putar kata-kata Ibu tetangga tadi. Buru-buru. Sambil menangis. Ibunya Rara. Ada apa ini? Apa yang nggak gue tahu sampai gue bingung sendiri. Gue meraih handphone gue, memanggil Rara. Namun nggak ada tanggapan, gue ulang-ulang pun sama sekali nggak berubah. Nggak ada tanggapan. Gue beralih menelpon Desy, mungkin saja ada jawaban. Tapi nggak ada jawaban. Gue putuskan untuk ke kost Desy dulu, mungkin saja gue bisa menemukan sedikit ketenangan. Semoga saja Rara benar-benar ke Bandung bersama mamanya. Tapi sampai di kost Desy, kamar Desy terkunci. Kata Ibu kosnya Desy sudah dua hari ini nggak pulang ke kost. Makin resah aja perasaan dan pikiran gue. Karena hari juga sudah hampir malam, gue putuskan untuk pulang kerumah.
**
Ini adalah hari ketiga Rara menghilang dari kehidupan gue. Sama sekali nggak ngabarin gue, bahkan sekarang handphonenya juga nggak aktif. Gue hubungin Desy nyambung namun nggak diangkat. Gue kerumahnya Rara tapi nggak ada siapa-siapa. Ke kost Desy juga nihil, Desy belum pulang. Dua hari berturut-turut gue melakukan hal yang sama. Tapi nggak membuahkan hasil juga. Hari ini gue juga akan melakukan hal yang sama, pergi kerumah Rara. Tanpa sarapan gue menuju rumah Rara, semenjak Rara yang tiba-tiba menghilang dan ngebuat gue nggak tenang ini, gue semakin malas untuk menyentuh makanan apapun. saat mobil gue sudah mulai dekat dengan rumah Rara gue melihat pintu rumah Rara yang terbuka, syukurlah. Mungkin saja Rara sudah pulang. Segera gue parkirkan mobil disepan rumah Rara, dan turun menuju pintu rumah Rara.
“Permisi.” Nggak ada yang menjawab salam gue.
Namun gue mendengar langkah terburu-buru dari dalam rumah, saat itu juga mamanya Rara sudah berada dihadapan gue. beliau terlihat kaget dengan kedatangan gue.
“Pagi tante.” Gue mencoba tersenyum dan memberi salam kepada mamanya Rara, naun wajah mamanya Rara berubah menjadi kaku.
“P..pagi nak Bima.” Jawab mamanya Rara gugup.
“Tante mau kemana?.” Gue menanyakan mamanya Rara yang membawa tas lumayan besar.
“Nggak kemana-mana kok nak Bima, ayoo silahkan masuk dulu.” Ajak mamanya Rara, beliau mempersilahkan gue duduk dan menaruh tasnya diatas sofa.
Saat baru duduk, mata gue tertuju pada kamar yang pintunya setengah terbuka, terlihat suasana pink menyelimuti kamar itu, gue tersenyum melihatnya. Itu adalah kamar Rara. Dimana Rara nggak pernah menutupi apapun yang ada dikamrnya kepada gue. Dikamarnya Rara pun penuh dengan boneka-boneka pemberian gue, juga teman-temannya. Rara suka sekali boneka. Ingin rasanya gue masuk kedalam kamar itu lagi. Gue bangkit berdiri dan menuju kamar Rara. Kamarnya Rapi, dengan nuansa pink disetiap sudutnya. Terpajang foto-foto gue dan Rara, Rara dengan teman-temannya, Rara dengan keluarganya didinding kamarnya, dan yang membuat gue tertarik adalah salah satu foto gue dan Rara saat diBali, waktu itu gue Rara dan teman-teman yang lain liburan di Bali, banyak moment yang diabadikan di Bali. Termasuk moment di foto yang di figurakan ini. Rara pernah cerita sama gue bahwa dia paling suka suasana yang ada di dalam foto ini, benar-benar romantis katanya. Rara juga menginginkan foto ini menjadi foto utama didalam undangan pernikahan kami. Gue ambil foto yang berada diatas meja belajar rias Rara, dan mengingat kembali ketika momen ini diabadikan.
“Bima, sunsetnya lagi bagus nih. Kita foto yuk.” Rara menarik tangan gue dan meminta Desy untuk mengambilkan momen yang begitu indah ini. Saat itu gue memeluk Rara dan mencium kening Rara, dan Rara merangkulkan tangannya dileher gue sambil mengangkat satu kakinya kebelakang. disamping kami terlihat matahari yang besar sedang bersiap-siap untuk tenggelam di ujung samudera sana. Benar-benar romantis. Pantas saja Rara sangat suka dengan momen ini.
“Bima, ini tante buatin jus kesukaan kamu.” Panggilan mamanya Rara membuyarkan lamunan gue.
Gue keluar dari kamar Rara sambil membawa figura itu. Seketika mamanya Rara kaget melihat gue keluar dari kamar Rara dan menjatuhkan gelas berisi jus kesukaan gue. Gelasnya pecah dan jusnya pun berceceran dilantai. Gue kaget dan langsung menghampiri mamanya rara, meminta beliau untuk duduk disofa supaya nggak kena pecahan gelas, gue meletakkan figura itu dimeja dan segera pergi kedapur mengambil lap. Gue membersihkan pecahan gelas itu sampai tidak ada lagi yang tersisa. Sekilas gue melihat mamanya Rara meraih figura foto gue dan Rara, menatap foto itu kemudian menangis. Dengan bingung gue segera membersihkan tangan gue diwastafel dapur, dan menghampiri mamanya Rara.
“Tante kenapa?.” Tanya gue hati-hati.
“Tante ingin cita-cita Rara menikah dengan kamu terwujud.”
“Tante pasti terwujud kok, Bima cinta banget sama Rara tante.”
“Iya, nak Bima.”
Gue bingung dengan kata-kata mamanya Rara barusan. Apa artinya? Memangnya gue nggak bisa menikah dengan Rara? Apa yang menjadi penghalangnya? Saat itu gue baru inget untuk menanyakan dimana keberadaan Rara sekarang, kalau mamanya sudah pulang dari Bandung, kemungkinan Rara juga sudah pulang. Tapi kenapa dia nggak ada dirumah ini sekarang? Apa dia pergi lagi? Segera gue tanyakan keingintahuan gue kepada mamanya Rara.
“Tante, Rara dimana yah sekarang?.”
Namun setelah mendengar kalimat gue, tangisan mamanya Rara menjadi semakin besar. Gue nggak mengerti, dengan apa yang terjadi saat ini, kenapa ketika gue menanyakan Rara mamanya langsung menangis? Cukup lama gue nggak berkata apa-apa lagi. Membiarkan mamanya Rara menangis, gue hanya bisa mendekap mamanya Rara untuk meredakan tangisannya. Walaupun gue nggak mengerti apa maksud dari ini semua.
“Bima, maafkan tante yah.” Tiba-tiba mamanya Rara melepaskan dekapan gue.
“Maaf kenapa ltante?.” Tanya gue bingung.
Tanpa berkata apa-apa, mamanya Rara menuju kekamar Rara, membawa figura itu. Gue mengikuti dibelakangnya. Mamanya Rara meletakkan figura itu ditempatnya dan duduk di tepi tempat tidur Rara.
“Maafkan tante, karena tante nggak pernah memberitahu kamu soal .....”
“Soal apa tante?.” Tanya gue semakin penasaran.
Kembali tangis mamanya Rara pecah, gue menghampiri beliau merangkul dan mengusap-usap pundak beliau. Ada apa ini? Batin gue.
“Rara ..... Rara .... menderita Leukimia.”
Sumpah demi apapun, saat itu juga gue merasa seperti ditimpa batu yang sangat besar. Kepala gue nggak bisa berfikir apa-apa. Hanya terbayang senyum Rara dipikiran gue. benar-benar gue kehilangan kendali kerja otak gue. Tanpa bisa mengatakan apa-apa gue hanya terdiam merangkul bahu mamanya Rara dan berhenti mengusap-usap bahu beliau.
“Sudah semenjak 4 tahun yang lalu.” Mamanya Rara melanjtkan. Menambah gue semakin tidak bisa berfikir apa-apa.
“Sekarang Rara dimana tante?.” Tanya gue dengan suara yang bergetar.
“Dirumah sakit, Rara koma.”
Apa?!!! Koma?! Sejak kapan? Kenapa? Jadi selama ini Rara bukan di Bandung? Segera gue bangkit. Menatap mamanya Rara yang juga menatap gue. Beliau semakin menangis melihat ekspresi kaget yang terpancar diwajah gue.
“Rumah sakit mana tante?.”
**
Setelah mamanya Rara menyebutkan nama Rumah Sakit tempat Rara dirawat. Gue menyetir mobil dengan keadaan setengah sadar, gue merasa ini seperti mimpi. Gue melajukan mobil gue dalam keadaan ngebut, dengan adanya mamanya Rara disamping gue, duduk membisu. Sampai akhirnya di Rumah Sakit, mamanya Rara memimpin gue menuju kekamar tempat Rara dirawat. Gue berjalan dengan terburu-buru mengikuti langkah kaki mamanya Rara. Kemudian beliau berhenti disebuah kamar nomor 99. Beliau membuka pintu kamar itu.
Gue benar-benar tidak percaya dengan apa yang ada dihadapan gue sekarang. Perlahan gue menuju tempat Rara berbaring lemas nggak berdaya. Gue nggak perduli dengan siapa-siapa saja yang ada diruangan itu. Sekarang sedikit demi sedikit gue bisa melihat Rara sepenuhnya. Rara terlihat begitu kurus, dengan tangannya yang tertusuk jarum infus, hidungnya yang ditutupi oleh selang oksigen, dan tubuhnya yang terhubung dengan alat pendeteksi detak jantung, yang dutampilkan di dalam monitor sebelah tempat tidur Rara. Saat itu gue sudah nggak mampu lagi berdiri. Kaki gue yang lemas membiarkan gue jatuh, dan kini hanya lutut gue yang menopang tubuh gue. gue meraih tangan Rara yang tertusuk jarum infus, menciumnya dan menggenggam erat tangannya. Berharap Rara bisa membuka matanya, dan gue dapat melihat senyumannya lagi. Tanpa gue rasakan air mata gue sudah mengalir begitu saja. Tanpa gue berbicara apa-apa, karena gue sendiri juga nggak tahu harus mengatakan apa. Gue mengusa-usap rambut Rara, mencium keningnya berulang-ulang. Melihat monitor tanda jantung Rara masih berdetak, tanpa tahu apa arti dari setiap garis yang muncul disana. Nggak berhenti tangisan gue sampai seseorang menepuk bahu gue.
“Sebaiknya lo nggak mengganggu istirahat Rara dengan terus menangis disisinya seperti itu.” Desy mengingatkan gue.
“Ada yang ingin gue sampaikan. Sebaiknya kita bicara diluar.”
Desy menuju pintu dan keluar, gue bangkit menghapus airmata gue, mencium kening Rara dan pergi mengikuti Desy. Desy duduk didepan kamar Rara. Dia membua sebuah buku bersmpul putih. Gue mengikuti Desy duduk disampingnya.
“Kenapa lo nggak pernah bilang soal ini ke gue?.”
“Ini amanah dari Rara. Gue sebagai sahabatnya hanya ingin membuat dia bahagia.”
“Bahagia? Ini lo bilang bahagia? Rara didalam sedang mempertaruhkan nyawanya. Lo bilang ini kebahagiaan buat dia? Sahabat macam apa lo?!.” Teriak gue, nggak gue pikirkan ini sedang di Rumah Sakit. Gue terlalu emosi dengan kenyataan ini.
“Dan lo fikir Rara akan bahagia seandainya lo tahu tentang penyakit dia?.” Jawab Desy.
“Lo baca diary Rara, baru lo akan tahu seberapa bahagianya dia.” Ucap Desy sambil menyerahkan buku bersampul putih itu.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi gue meraih buku itu. Membuka lembar per lembar buku itu. Ada foto close up Rara yang tertempel dihalaman pertama buku ini. Tulisan paling pertama Rara dibuku ini :
12 December 2002
Hari ini pertamakalinya nulis diary. Diary ini gue namain Nona. Hi Nona, gue Rara. Semoga Non bisa jadi temen curhat gue yang setia yah  bingung ninh mau nulis apa, belum ada kejadian menarik hari ini. Hehehe.
26 Juni 2008
Nona, gue sedih. Ternyata sakit gue selama ini itu sakit yang parah T.T. Gue kena Leukimia, kata dokter Ahn yang menangani gue ini baru stadium awal. Kata dokter Ahn gue bisa sembuh. Semoga ya Non, gue nggak mau buat nyokap gue sedih. Karena mikirin gue aja.
Gue baca lembar perlembar diary ini. Sampai gue menemukan tanggal yang sangat gue ingat.
08 September 2010
Nonaaaaaa! Hari ini hari yang special banget buat gue, hari ini gue jadian sama Bima. Cowok yang gue taksir semenjak SMA. Akhirnyaaaaaaaa kesampaian juga impian gue buat jadian sama dia. Hari ini surprise banget, dengan hadiah yang Tuhan berikan. Benar-benar bersyukur banget Tuhan atas semua kesempatan yang telah Kau berikan. Makasih Tuhan atas semua anugrah ini. Semoga aku bisa menggunakan kesempatan ini dengan sangat baik. Jadi ketika Engkau memanggil aku, aku sudah siap. ^^
Selamat datang dikehidupan aku Bima, gue semangat untuk jalanin hari-hari ini. Karena ada lo disamping gue sekarang. ^^
10 Oktober 2010
Hari ini gue nonton Bima manggung buat yang pertamakali. Suka benget deh lihat dia main Bass. Menyejukkan hati gue banget ^^ I Love You Bima.
19 Desember 2010
Selamat malam Baliiiiiiiii, woaaah seneng banget deh bisa ke Bali lagi hehe. Selamat tinggal Jakarta untuk sementara waktu, mama dan juga Dokter Anh, aku absen check up selama seminggu ini yah. Jangan Khawatirin aku, aku pasti bisa jaga diri aku selama di Bali ^^
Hari ini baru kepantai kuta dulu, asik deh bisa foto-foto didepan Sunset bareng Bima, dapet momen yang romantis pulaa hihi ^^
Nggak sanggup gue menahan air mata ini, semua tulisan, coretan tangan Rara terlihat sangat ceria, sesedih apapun yang dia alami. Rara benar-benar cewek yang tegar. Nggak sanggup rasanya gue membaca tulisan yang terlihat ceria namun pada kenyataannya Rara terbaring lemas nggak berdaya disini. Ingin sekali gue bisa melihat senyum dia lagi, mendengar tawa dia lagi. Seandainya gue bukan pemusik, mungkin gue bisa tahu tentang penyakit Rara ini. Seandainya saja gue nggak sibuk dengan musik gue. Tuhan, izinkanlah Rara untuk bisa bertahan hidup Tuhan, ku mohoon. Hati gue berteriak meminta tolong kepada Tuhan.
10 Januari 2011
Hari ini Bima ngajarin gue main gitar, sulit sih. Tapi gue akan berusaha sampai gue bisa. Hehehe nona doakan gue yah semoga gue bisa ^^
11 Januari 2011
Pagi nona, bangun tidur gue langsung mainin gitar Bima nih, hehe. Masih sulit pindahin jari dari satu kunci ke kunci yang lain. Tapi gue tetap berusaha ^^
13 Januari 2011
Asiiik gitar baru, senengnya deh mama mau ngabulin permintaan gue buat dibeliin gitar, warna gitarnya pink loh Non, warna kesukaan gue ^^
19 Januari 2011
Hari ini gue check up, gara-gara mimisan lagi non. Padahal gue mau ngasih lihat permainan gitar gue ke Bima. Gue sudah bisa satu lagu loh Non. Tapi next time maybe ^^
Maaf yah Bima ^^
14 Februari 2011
Woooooow dapet kejutan dari Bima ^^ seneng banget hari ini bisa nonton dan makan malam bareng Bima. Amazing day. Dan makasi Bima atas bonekanya. Suka banget. Buat nemenin aku tidur yah ^^^
15 Februari 2011
Pagi Nona, lemes nih gue, pagi ini gue mimisan hebat. Sampe boneka pemberian Bima semalam kena darah. Maavin aku ya Bima. Kata mama gue harus di opname. Gue nggak mau. Gue masih sehat, maafin Rara yah ma, bukannya Rara nggak nurut. Tapi Rara ngerasa baik-baik aja. Mimisan buat Rara udah biasa ^^
10 April 2011
Pagi nona, hari ini kepala gue pusing banget. Tapi nggak papa kok, paling ntar siang juga hilang. Oh iya hari ini adalah penampilan perdana Bima, gue mau nonton dia ^^
Non, gue mimisan lagi. Kata mama gue harus ke dokter. Mama maksa non, mau nggak mau nih gue ikutin kemauan mama, karena gue juga ngerasa pusing sedikit. Tapi gue harus ikutin kemauan ama, biar nanti sore gue bisa pergi ke tempat Bima. ^^
Sepuluh April duaribu sebelas, terakhir Rara menuliskan coretannya. Tuhan tolong, jangan buat ini menjadi tulisan Rara yang terakhir. Aku mohon Tuhan. Saat membalikkan halaman belakang buku diary Rara, gue menemukan sebuah kepingan CD RW berwarna putih hanya bersampul plastik buram. Apa ini? Ketika gue buka, terdapat tulisan dipinggir kepingan CD itu. “Made with Love”. Gue ingin tahu apa isi dari CD itu. Tapi saat ini gue nggak bawa Laptop, dan Desy juga gue yakin dia nggak membawa Laptopnya. Mungkin nanti saja gue lihat isinya. Gue bangkit berdiri dan masuk kedalam kamar rawat Rara. Rara masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Oh Tuhan, rasanya hati gue perih banget melihat semua ini. Gue lihat mamanya Rara duduk disamping tempat tidur anaknya, menggenggam tangan Rara terus. Nggak kepengen mengganggu kebersamaan Rara dengan mamanya, gue memutuskan untuk keluar lagi dan duduk di tempat duduk tadi. Gue meraih handphone gue dan melihat layarnya. Walpapper gue dan Rara yang sedang tersenyum bahagia. Kami terlihat serasi sekali. Gue tersenyum, menahan tangis agar air mata ini nggak jatuh lagi. Apakah hanya sampai disini saja? Apakah gue dan Rara nggak bisa bersama-sama? Selamanya? Begitu banyak pertanyaan gue dan nggak satupun yang terjawab. Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebotol air minum. Saat gue melihat siapa yang memberikannya, ternyata Desy. Gue nggak meraih air minum itu.
“Rara nggak akan seneng kalau ngelihat lo seperti ini.” Ucap Desy, tanpa ada tanggapan dari gue.
“Waktu nonton konser pertunjukkan lo, Rara bilang sama gue ... bahwa dia ngerasa bahagia banget tiap denger lo main gitar. Bahkan Rara kepengen banget bisa duet sama lo diatas panggung. Gue berharap saat itu kata-kata Rara bisa terwujudkan. Tapi Rara keburu koma.”
“Kenapa lo biarin Rara nonton konser gue, sedangkan lo udah tau keadaannya Rara lagi nggak baik?.”
“Gue nggak tau saat itu Rara lagi dalam kondisi nggak baik. Rara nggak bilang sama gue!”
“Tapi seenggaknya lo tau Rara sakit!”
“Gue memang tau, tapi Rara minta gue untuk jangan pernah khawatirin keadaan dia. Rara juga nggak pernah menunjukkan bahwa dia sakit. Itu yang ngebuat gue berhenti menghawatirkan dia.”
“Saat konser lo, sebenarnya Rara harus dirawat di Rumah Sakit. Tapi Rara ngotot buat nonton konser lo .... mamanya Rara nggak ngizinin Rara pergi, tapi karena Rara ngancem nggak mau minum obat lagi kalau nggak dikasih pergi, akhirnya Rara pergi ditemani gue. Tapi sebelum ketempat lo, Rara minta diajak pulang untuk ngambil balon. Pas ditempat konser Rara bilang mau ke toilet. Gue diminta buat nemuin lo dulu, gue dititipin balon dia juga, gue udah lihat lo, tapi gue nggak mau nyamperin lo dengan ngebawa balon itu, balonnya gue titipin dulu disalah satu satpam. Kemudian gue nemuin lo, setelah lo mau naik panggung Rara sms gue supaya pergi ke area penonton buat nunjukkin balonnya ke elo diatas panggung dan kalau dia belum keluar dari toilet gue diminta nitipin balon itu buat lo. Saat itu gue langsung nelpon Rara, nanya ngapain dia ditoilet lama banget, dia bilang lagi sakit perut. Oke gue ikutin kemauan dia, tapi sampai lagu pertama selesai Rara nggak juga ngehubungin gue, akhirnya gue hubungin dia lagi. Tapi nggak ada jawaban. Malah tulalit. Awalnya gue mikir di toilet mungkin nggak ada signal. Tapi perasaan gue tiba-tiba nggak enak, setelah lo turun dari panggung, gue tetep menghubungi Rara, awalnya nyambung tapi berakhir dengan tulalit. Saat gue meuju toilet gue ketemu satpam yang gue titipin balon tadi, gue inget pesen Rara buat ngasih balon itu ke elo, tapi karena kondisinya lagi membingungkan gue nitipin lagi balon itu ke satpam dan minta satpam itu buat ngasih ke elo ......” Desy menarik nafas panjang dan menahan tangisnya agar nggak pecah.
“Dan saat gue ke toilet, disana rame banget. Gue pikir ada keran bocor. Tapi ternyata Tara ..... Tara pingsan, darah berceceran dilantai ... dan ..... dan ... saat itu gue udah nggak bisa berfikir apa-apa. Gue nelpon Ambulans untuk membawa Rara ke rumah sakit. Gue bener-bener bodoh sekali saat itu. Gue bukannya selalu ada disamping Rara, tapi malah ngikutin kemauan Rara. Waktu Rara mendapat perawatan, gue mau menghubungi lo. Tapi Rara ngirimin ini ke gue.” Ucap Desy panjang lebar kemudian meyerahkan Handphonenya ke gue.
Desy, thankyou yah udah mau capek-capek nolongin gue. lo tahu gue bahagia banget, walaupun gue nggak bisa lihat Bima langsung. Des, gue nggak mau Bima tahu tentang penyakit gue, gue mohon. Sangat-sangat gue mohon 
“Itu yang ngebuat gue nggak bisa ngasih tahu elo. Nyokapnya Rara juga dipesenin seperti itu sama Rara semenjak dia baru jadian sama lo. Alasannya simpel. Dia nggak mau lo ikut menanggung penderitaan yang dia rasain. Setelah seharian Rara nggak sadar, Rara dinyatakan koma oleh dokter Ahn. Saat Rara koma, nyokapnya memberikan diary Rara ke gue, dan meminta gue untuk meneruskannya ke elo.”
Mendengar cerita Desy, ngebuat gue semakin nggak bisa berkata apa-apa. ngebuat gue menjadi semakin frustasi. Ngebuat gue benar-benar nggak ingin hidup lagi. Tiba-tiba mamanya Rara memanggil gue, dan meminta gue untuk bertemu dengan Rara.
“Nak Bima. Tolong temani Rara.”
Dengan segera gue bangun dan masuk kedalam kamar rawat Rara. Mamanya Rara mengikuti dibelakang gue. Rara masih dalam keadaan yang sama, nggak berubah. Gue menggenggam erat tangan Rara. Berharap bisa mendapat balasan hangat dari genggaman tangan gue ini, bukan kedinginan yang gue rasakan dari tangan Rara seperti saat ini.
“Bima, Rara sudah cukup lama menderita, walaupun Rara terlihat ceria dan nampak biasa-biasa saja. Tapi tante tahu bahwa Rara sudah bosan menjalani kehidupan yang seperti ini. Tante sudah kuat melepaskan Rara. Karena tante tahu mungkin Rara berhak mendapatkan tempat yang lebih baik lagi disana.”
Mendengar penuturan mamanya Rara membuat air mata gue kembali menetes, apakah memang ini jalan yang harus Rara lalui? Apakah Rara memang nggak bisa disembuhkan lagi? Apakah harus secepat ini? Kenapa Tuhan? Kenapa?? Gue menangis tanpa gue tahan-tahan lagi. Gue nggak ingin kehilangan Rara, gue ingin dia tetap besama gue.
“Rara, aku sayang sama kamu. Maafin aku nggak bisa ngasih yang terbaik selama kamu menjalani hari-hari kamu bersama aku. Aku ... aku bener-bener sayang sama kamu Rara. Aku ingin bisa sama kamu selamanya, aku .... aku cinta kamu, nggak ada yang bisa menjadi yang terbaik buat aku selain kamu ... Rara aku ingin bahagia sama kamu. Please bangun Ra please.”
Saat itu gue merasa tangan Rara menggenggam erat tangan gue. Gue kaget dan nggak percaya. Namun dengan saat yang bersamaan gue mendengar bunyi datar yang panjang dari monitor yang ada disebelah tempat tidur Rara. Gue lihat garis panjang berwarna hijau itu terus berjalan seiring dengan bunyi datar itu. Mamanya Rara keluar memanggil dokter, ketika dokter Ahn masuk, gue bergeser membiarkan dokter Ahn memeriksa Rara. Ya Tuhan, apakah ini saatnya? Gue melihat Desy memeluk mamanya Rara yang menangis, bukan hanya mamanya Rara yang menangis namun Desy juga menangis. Gue hanya menatap Rara yang dibantu dengan berbagai macam alat untuk mengembalikan detak jantungnya. Namun upaya dokter Ahn dengan para doketer lainnya tidak membuahkan hasil. Rara pergi meninggalkan dunia ini. Buat selamanya.
“Nak Bima, ini tante buatkan jus kesukaan kamu.” Gue melihat mamanya Rara masuk kedalam kamar Rara dan memberikan segelas jus tomat kesukaan gue. gue tersenyum dan mengucapkan terimakasih kepada beliau.
“Gimana band kamu? Udah ngeluarin album lagi?.” Tanya beliau.
“Kalau nggak ada halangan April ini keluar tante, doakan yah.”
“Pasti dong, yaudah tante mau kedapur dulu yah. Dihabisin loh jusnya.”
“Iya tante, pasti.” Jawab gue sambil mengacungkan jempol kearah mamanya Rara.
Setelah mamanya Rara pergi gue meletakkan jus tomat yang sudah setengah itu diatas meja rias Rara, dan meraih figura yang berada disana.
“Sudah hampir satu tahun semenjak kepergian kamu Rara, tapi aku sama sekali nggak bisa ngelupain kamu.” Ucap aku kepada foto difigura itu.
Gue letakkan kembali figura itu, dan mengambil kepingan CD yang berada diatas buku diary Rara. Kepingan CD yang nggak pernah membuat gue bosen untuk menontonnya. Karena hanya ini yang bisa membuat perasaan gue kembali tenang setiap kangen dengan Rara. Gue masukkan kepingan CD itu kedalam Laptop gue sambil menunggu film didalam CD itu mulai gue raih gelas jus yang ada dimeja dan meminumnya sambil menikmati film ini.
“Hallo semuaaaaa. Hari ini gue mau memperkenalkan seseorang yang sangaaaaaaaaaaaat special buat gue. Namanya Bima. Bima Satria. Bima, say hello dulu dong.” Suara ceria Rara ketika sedang merayakan ulang tahunnya bersama Bima. Kamera yang tadi penuh dengan wajah Rara, kini berpindah objek kearah Bima yang sedang berada disebelah Rara
“Hello semuaaaaaa.” Jawab Bima
Kemudian Video itu berganti lagi ke wajah Rara, namun sudah berbeda suasana, kini Rara sedang berada didalam kamarnya yang bernuansa pink. Rara sedang memeluk sebuah boneka yang besar.
“Hay Bima, apa kabar? Hehehehe kangen sama kamu nih, tapi karena kamu jauh aku Cuma bisa meluk boneka kamu aja nih. Bima aku sayaaaaaaaaaaaaang banget sama kamu. I Love You So Much.”
Kemudian Video itu berganti lagi ke momen lainnya, saat Rara dan Bima diBali merayakan liburannya. Saat Bima sedang konser, namun gerakan didalam video itu diperlambat dan dihilangkan suara aslinya, diganti dengan iringan Lagu ciptaan Bima. Setelah itu muncullah foto-foto Bima dan Rara. Semua foto-foto kenangan mereka saat bersama, dan ketika video itu sudah hampir habis, Rara menuliskan kalimat berjalan untuk Bima didalam video itu.
Bima sayang, maafin aku ya.
Aku hanya nggak mau kamu ikut merasakan sakit ini.
Aku percaya bahwa kamu orang yang kuat.
Tetaplah menjadi pemusik seperti yang kamu inginkan.
Aku akan selalu mendukung kamu.
Seandainya aku duluan pergi, jangan pernah susul aku.
Aku percaya bahwa kamu bisa menjadi yang terbaik, didunia.
Karena kamu sudah menjadi yang terbaik di dunia ku.
Semenjak ada kamu didunia ku, hidup aku serasa selalu berarti setiap harinya.
I Love You Bima :*
**

Thursday 5 January 2012

my sky ...



Sky ....
begitu luas terbentang diatas sana .. begitu banyak menyimpan sesuatu yang sangat Rahasia .. tapi juga menyinpan keindahan tersendiri .. Langit tempat kita bisa melihat Matahari yang memiliki cahaya yang hangat .. melihat Bulan yang memiliki keindahan disetiap malam .. melihat beribu-ribu Bintang yang bersinar terang .. melihat jatuhnya butiran Hujan yang menyegukkan .. melihat Pelangi yang menghiasi langit begitu indahnya .. melihat Burung-burung terbang tinggi diatas sana .. bagi gue langit adalah tempat yang paling indah ... banyak hal yang bisa gue lihat di langit, bahkan akan banyak yang bisa gue lihat dari langit .. langit menyimpan segalanya .. Tuhan membuat langit begitu Indah .. sehingga membuat gue betah banget menatap langit lama-lama. salah satu keinginan gue .. gue ingin sekali melihat langit dari tempat yang paling Tinggi, agar gue bisa melihat Langit sepenuhnya .. ya Allah izinkan aku yah menikmati keindahan Langit .. langit selalu ada dimanapun gue berada, langit selalu melindungi gue dari atas sana, langit selalu bisa membuat gue tersenyum dan langit selalu bisa membuat hati gue menjadi lebih damai .... makasi ya Allah atas keIndahan yang Engkau buatkan ini. sangat indah ... sangaaaaaaaaat indah :)
Thanks God for the Giving ;)
Langit I love You

nb : pengen punya sosok someone yang seperti Langit ...

Kalau Kita ngg Jodoh .. Mau Gimana Lagi (?)

Kisah ini berawal dari masa-masa gue kelas 2 SMA. Saat itu gue baru mendapatkan seseorang yang bisa diajak serius buat pacaran. 7 bulan gue lewati bersama pacar gue. Suka, duka, sedih gembira, ataupun masa-masa jenuh kita bisa lewati bersama-sama. Tapi memang hanya 7 bulan aja gue boleh melakukan segala hal bersama dia. Karena setelah 7 bulan itu kita resmi mengakhiri hubungan kita. Masalah yang membuat kita hars berpisah, adalah antara perbedaan Agama, konsentrasi belajar, atau faktor kejenuhan, gue masih nggak tau apa penybab utamanya. Perpisahan ini masih misterius buat gue.
Pagi ini gue males banget buat sekolah. Semenjak gue kelas 3 SMA, bukannya tambah rajin buat persiapan UN gue malah jadi ogah-ogahan sekolah, apalagi belajar. Padahal waktu kelas 2 SMA gue suka banget sama yang namanya belajar. Bisa dibuktikan kalau kejuaraan kelas tahun ini nggak bakalan bisa gue dapatkan. Nilai-nilai gue pasti nurun drastis. Tapi, lain buat hari ini. Gue diharuskan untuk pergi kesekolah, alasannya bukan karena belajar. Tapi gue harus tau jadwal les untuk persiapan UN. Berhubung hari ini jadwal itu keluar, jadi gue harus sekolah. Walaupun sekarang ini gue diserang penyakit malas, gue tetep peduli sama urusan yang menyangkut UN. Tentunya gue nggak mau gagal UN gara-gara hal sepele. Yah begitulah cerita singkat tentang gue. Sekarang gue mau mandi dulu, dan siap-siap buat berangkat kesekolah. Tapi gue mau lihat Handphone dulu, siapa tau ada SMS, baru mau ngambil Handphone diatas meja, mata gue secara refleks terpaku pada satu arah. Figura diatas meja kecil gue mampu menyita waktu gue sekitar satu menitan. Sebelum akhirnya gue sadar, bahwa hampir saja gue masuk kembali kedalam dunia mimpi. “DIA lagi”. Perasaan semalem gue udah nyimpen foto itu didalam laci meja deh, kenapa sekarang ada lagi diatas meja? Gue ambil figura itu, dan gue kembali simpen didalam laci, berharap gue nggak akan lagi ngambil foto itu. Gue pergi mandi deh.
Gue menyusuri koridor sekolah dengan langkah super duper males. Males banget gue sekolah. Apalagi kalau gue harus ketemu DIA. Maaf ya, gue males ketemu DIA bukan karena malu atau marah sama DIA. Tapi …… gue sendiri juga nggak tau apa alsannya. Yang pasti bukan karena malu atau marah sama DIA ya. Sudahlah, dari pagi sampai sekarang otak gue dipenuhin DIA terus, kapan gue bisa lepas dan hidup bebas tanpa ada DIA yang menghantui hari-hari gue?? Tiba-tiba ada yang nabrak gue dari belakang, waaaaah nyari gara-gara nih orang, tau otak gue lagi mumet, malah asal nabrak-nabrak lagi. Pas gue noleh kesamping, ternyata ini si Marisa yang usil banget.
“Woy, ngelamun terus. Kenape lo?.”
“Eh, elo. Kaget gue tau! Nggak kenape, gue cuman lagi males sekolah aje.”
“Wah parah lo Kan, tiap hari males sekolah mulu. Nanti gelar Ranking satu lo gue embat yah? Hehehehe.”
“Embat aje, gue ude nggak minat jadi juara.”
“Eh, serius lo?. Wah kesempatan emas nih. Aseeeeeek.”
“Mar, ngomong-ngomong nih ye, kok lo ikutan santai sih jalannya?. Jam pertama kan Bu Masni, kalau telat bisa nggak diizinin ikut pelajaran loh!.”
“Tu lo tau, trus ngapain lo juga nyantai jalannya?. Nggak takut dimarah lo?.”
“Yah, malah balik nanya lo. Dodol!”
“Hehehehe. Gue mah nggak papa telat. Kan ada lo yang nemenin ntar, jadi kalau dihukum ya bareng-bareng. Kan telatnya juga bareng-bareng.”
“Waaaah, nih anak buntutin gue aje. Katanya mau jadi Rangking satu. Ngapain lo make telat-telat masuk segala?.”
Sampai dikelas gue dan Marina baru sadar kalau keadaan kelas riuh banget. Ada yang nyalain mp3 gede-gede, ada yang lagi asik ngerumpi dipojok kelas, ada yang motret-motret nggak jelas, ada juga yang asik ngerjain soal, aka belajar. Maklum anak teladan. Hahaha.
“Hahahaha, sekali-kali boleh lah. Eh, kok kelas rame yah?.” Tanya Marina.
“Kayaknya nggak ada guru nih.”
“Iya deh, kenapa ya tuh guru nggak masuk? Absen kali ya?.”
“Auk dah gue mah.”
Udah sampai ditempat duduk gue, gue langsung duduk manis sambil ngeluarin laptop. Kebetulan ada Yudik dibelakang gue lagi asik baca komik Naruto. Gue tanyain aja kenapa Bu Masni absen hari ini. Tumben-tumbenan gue bisa absen belajar Kimia.
“Dik, kenape Bu Masni nggak masuk hari ini?.”
“Beliau sedang ada Upacara Ngaben dikampungnya Kan.”
“Oh begitu. Okee okee.”
Yeeees, jam kosong deh. Nggak perlu repot-repot mikirin rumus-rumus Kimia yang bikin pusing. Yess, yess, yess, yess. Eh, tapi … pas gue lihat kebelakang, tepat dibangku pojok kanan. Bangku itu dalam keadaan kosong, nggak ada tas selempang hitam yang biasanya udah ada disana. Apa mungkin DIA telat ya? Tapi ini udah lewat dari batas DIA biasanya telat. Mungkin DIA nggak sekolah.
“Eh Kan, minjem Handphone dong, mau dengerin Bondan nih, Handphone gue lowbat, semalem lupa dicas.” Panggilan Yudik menyadarkan gue.
“Ambil aja dikolong meja.”
“Tengs ya. By the way ada tugas nggak?.”
“Nggak ada kok.”
Gue lanjutin fokus ke laptop gue. Daripada pikiran gue melayang entah kemana, mendingan gue lanjutin buat ngedit-ngedit foto-foto yang masih tertinggal, belum sempat gue selesaikan. Baru aja gue mulai buka-buka foto-foto kemaren. Tiba-tiba udah ada Andi disebelah gue.
“Wiiiih bagus tuh viewnya. Dimane tuh Kan?.”
“Oh, ini mah di Balangan Beach, deket-deket Dreamland. Tauu lo?.”
“Mmmmm pernah denger sih, cuman belum pernah kesana. Hehe.”
“Ngomong-ngomong Kan, lo punya Keygen Photoshop Cs 4 nggak? Gue mau nginstal ulang di laptop gue. Kemaren gue abis bersihin laptop gue dari virus, jadi semua program softwarenya ilang deh.”
“Ada kok, sini Falshdisk lo, gue copy in.”
“Makasi ya Kania cantik.”
“Eh Ndi, kenape si Joordy nggak sekolah.?”
Deeggg. “DIA lagi” kenapa gue nggak pernah lepas dari DIA?. Dasar nih si Yudi tiba-tiba nanyain Joordy. Ada gue lagi, nggak sadar ya mereka? Hadeeeeeeeeeh.
“Sakit. Semalem kita dapet minum-minum, eh pas paginya badannya jadi panes gitu. Demam kali tuh anak.”
“Waaah, lo kasih minum apa tuh anak sampe tapar nggak bisa sekolah begitu.?”
“Gue kasi arak.”
“Waaah parah lo Ndi, Joordy kan nggak bisa minum arak.?”
“Yaa adanya juga arak doang kemaren.” Jawab Andi asal.
Resek deh ni anak berdua. Udah duduk dibangku gue. Cuma buat ngomongin Joordy-arak-mabuk. Nggak ada tempat lain apa ya? Huh!
“Eh, Kan tau nggak? Semalem waktu lagi mabuk si Joordy bilang masih sayang sama lo.” Tiba-tiba si Andi ngomong kaya gitu.
Gue cuma bisa diem. Pura-pura asik buka-buka folder dilaptop gue. Tapi pikiran gue bertanya-tanya. Apa? Joordy masih sayang sama gue? Nggak salah ni si Andi ngomong? Apa dia masih mabok kali ya gara-gara efek semalem? Ckckck. Kalau Joordy masih sayang sama gue, kenapa .. kenapa DIA lupa ngasih selamet Ulang Tahun ke gue kemaren? Apa dia bener-bener lupa? Atau sengaja lupa? Trus kenapa DIA nggak pernah bilang tentang perasaanya DIA ke gue? Kenapa DIA selalu diemin gue kalau dikelas? Walaupun satu kelas, DIA nggak pernah ngajak gue bicara, sekedar buat ngobrolin maslah pelajaran atau basa-basi lainnya. Apa maksud DIA selama 8 bulan ini bersikap dingin ke gue? Setelah DIA mutusin gue 8 bulan lalu, DIA bilang terang-terangan kalau DIA udah dapat pengganti gue yang baru. Dan saat itu juga gue ngerti kalau nggak ada lagi harapan buat gue dan DIA bisa bersatu. Tapi sekarang, ada pernyataan bahwa DIA masih sayang sama gue. MASIH SAYANG SAMA GUE! Okee Kania, mungkin saat ini lo agak alay. lo pasti bisa ngatasin perasaan lo yang nggak karuan ini. Tenang, tenang, tenang, gue mesti tenang. Biasain aja. Okee.
“Nggak mungkinlah Ndi, dia kan udah punya pacar.”
“Iya sih.”
Deggg jantung gue serasa mau copot, padahal gue cuman iseng aja bicara begitu, kali aja nggak seperti itu. Tapi nyatanya nggak seperti yang gue pikirkan. Haaaaah, pasrah deh gue. Buat dengerin semua kebenaran ini. Menyakitkan, tapi gue harus terima dengan lapang dada. Kuatkan Kania Tuhan.
“Tapi mereka udah putus. Gara-gara pacarnya Joordy kasar banget.” Lanjut Andi.
“Kasar gimana.?”
“Kasar aja. Waktu itu gue lagi di kostan Joordy, ceweknya juga ada disana. Ceritanya ceweknya kan minta dibeliin rujak. Udah dibeliin tuh rujaknya sama Joordy, kurang baik apa si Joordy. Pas ude kelar makan, Joordy nyuruh ceweknya buat cuci tanyan, kan bau tuh tangan abis makan rujak. Tapi si cewek ini kagak mau nih disuruh cuci tangan. Yauda karena kesel dipaksa-paksa sama si Joordy, tu cewek nampar Joordy, keras banget. Gue aje sampe ngerasa ngilu ngeliatnya. Bener-bener kasar dah. Kasian gue ngelihat Joordy digituin. Padahal Joordy nyuruh baik-baik lo, jugaan buat kebaikan tuh cewek sendiri. Tapi keras kepala tuh cewek. Disuruh cuci tangan biar nggak bau aje, pake nampar-nampar segala.”
“Eh Kania. Kok bengong sih lo! Dengerin si Andi cerita nggak sih daritadi.?” Tiba-tiba Yudi nyenggol bahu gue.
“Yeeeeeh, ni anak. Gue cerita panjang lebar lo malah ngelamun. Waaaaaah, nggak ada yang dengerin cerita gue dong.”
“Eh, nggak kok. Sorry sorry gue dengerin kok.”
“Tapi tampang lo kayak melamun Kan. Kenape sih sama lo?” Tanya Yudi.
“Nggak papa. Kasar banget ya Ndi. Sekasar-kasarnya gue jadi cewek, gue nggak pernah deh ngegampar orang. Kalaupun ngegampar cumin pelan. Kan bercanda.”
“Oh jadi lo dengerin toh gue ngomong daritadi. Emang kasar tuh ceweknya si Joordy.” Protes Andi.
“Udalah, yang ngejalani kan Joordy. Dunia-dunianya Joordy. Terserah dia dong mau milih cewek yang gimana. Betul nggak?.”
“Bener sih, tapi lo nggak cemburu kan Kania?.” Tanya Yudi.
“Untuk apa gue cemburu Yudi. Joordy kan udah bahagia sama jalan hidupnya, gue juga ikutan bahagia kali kalau dia udah dapetin Someone specialnya.”
“Hahaha, iya deh. Tapi kalau lo sedih gara-gara Joordy udah punya pacar. Lari ke gue aja yah. Gue siapin bahu gue buat tempat lo menangis.” Jawab Andi sok melankolis.
“Hahahaha. Oke deh Ndi. Nih Flashdisk lo, udah kelar. Minggir-minggir deh bentar, gue mau beres-beres.”
“Mo kemane lo Kan? Jam pulang kan masih lama.”
“Gue mau pergi. Ada keperluan. Dik, Handphone gue dong.”
“Yaaaah, lagi asik dengerin Bondan juga. Kemane sih lo Kan?.”
“Urusan cewek, lo berdua cowok nggak perlu tau. Okee. Marisa, nanti SMS gue ya jadwal les ntar sore apa aja. Okeee. Byeee semuaaaa.”
“Eh Kan, lo mau kemana? Kaniaaaaa?”
Denger cerita Andi barusan bikin gue merinding. Gue mutusin buat pergi aja dari sekolah, penat gue disini. Biarin aja tuh Marisa yang lagi asik buat hiasan mading sma anak-anak mading jadi tambah sibuk, ngejar gue. Tapi guenya udah melesat bak anak panah menuju parkiran sekolah. Masuk kemobil dan tancap gas sejauh-jauh mungkin gue bisa. Maklum takut juga ketauan guru piket kalau gue bolos. Tapi biarlah, urusan besok kalau gue dihukum. Paling disuruh bersihin toilet doang.
Satu jam gue ngabisin waktu cumin keliling-keliling doang dijalan raya, nggak tau mau kemana. Tapi pada akhirnya gue menemukan tempat yang pas buat keadaan gue sekarang. Gue membelokan setir mobil gue kearah Lembeng Beach. Sampai disana, bayar parkir, gue pergi menuju pesisir pantai. Pantai ini sepi. Memang selalu sepi tepatnya. Tempat ini pertamakali gue kunjungi bareng Joordy. Dulu bangeeeeeet. Disini banyak banget kenangan gue sama dia, disaat kita lagi marahan, lagi sedih, lagi seneng-seneng. Tapi semuanya seperti sirna disapu ombak yang keras. Gue keluarin buku diary gue, sambil menatap birunya langit saat ini, merasakan sejuknya angin yang berhembus, melihat luasnya laut yang terbentang dan mendengar deburan ombak yang seakan memecah setiap lamunan gue. Gue suka suasana pantai. Suasana yang begitu indah ini menuntun gue untuk menulis.
29 December 2010
Hay non, hari ini gue bolos sekolah lagi. Alasannya sepele sih, gue cumin pengen nangis non. Maaf ya gue nggak bisa pegang janji gue sama lo buat berhenti jadi cewek pemalas. Tapi gue bener-bener pengen nangis non. Gue terpaksa harus bolos. Maaf ya non, gue nggak nepatin janji gue yang gue tulis ditulisan-tulisan sebelumnya. Maaf.
Non, lo tau nggak? Gue pengen nangis gara-gara apa? Joordy non. “DIA lagi” sepertinya gue akan selalu dihantui bayang-bayang dia dikehidupan gue. Sebenarnya gue masih sayang sama Joordy, gue cinta sama dia non. Tapi apalah arti sebuah kata-kata sayang dan cinta bila gue nggak bisa ngungkapin semua perasaan itu ke dia. Percuma non. Tadi dikelas, Andi cerita ke gue kalau Joordy masih sayang sama gue. Andi juga cerita sama gue kalau cewek Joordy kasar banget sama Joordy, dan mereka sekarang sudah putus. Apa ini artinya gue dan Joordy bisa kembali seperti dulu? Apa gue bisa membangun kembali benteng pertahanan gue dan Joordy yang sudah hamcur berkeping-keping menjadi sebuah benteng yang kokoh? Apa itu mungkin terjadi? Hhhhhhh, aku nggak tau kemungkinan apa yang bakalan terjadi non =,=”. Aku hanya bisa mengikuti jalan hidupku saja, menjalaninya, dan tentunya sedikit berharap akan adanya keajaiban. Gue akan terus berjalan kok, nggak akan menyerah begitu aja. Gue yakin akan adanya kabahagiaan yang Tuhan simpan dibalik semua ini. Gue percaya non. Gue bahagia banget sempet mengenal Joordy, tau apa kesukaan musiknya, binatang yang menjijikan buat dia, kerjaan favorit dia, dan lain-lainnya. Gue bersyukur sudah dilahirkan kedunia ini buat bertemu dan berkenalan dengan orang seperti Joordy. Makasi Tuhan buat anugrah terindahmu itu. Aku sangat-sangat bersyukur. Tengs God for all everything You gave me.
Hugg and Kiss
Kania Violeta
Gue tutup buku diary gue, dan tidur menatap indahnya matahari menyinari gue, dan dunia gue tentunya. Gue merasakan kepala gue tiba-tiba senut-senut nggak jelas, sakit banget. Gue bangun, mungkin ini efek panas matahari ngebuat gue pusing. Tapi gue baru sadar kalau ada sesuatu keluar dari hidung gue. Gue mimisan, mungkin gara-gara panas juga gue mimisan. Gue buru-buru mengemas buku dan alat tulis gue kedalam tas. Dan gue pergi menuju mobil dan pergi pulang buat istirahat. Tapi ditengah jalan kepala gue sakiit banget, ngebuat gue nggak konsentrasi buat nyetir. Sejurus kemudian, yang masih gue inget ada bus pariwisata yang mengarah kearah mobil gue dari depan. Selanjutnya gue nggak bisa melihat apa-apa. Semuanya menjadi gelap.
Ketika gue bisa kembali melihat cahaya. Cahaya ini terlihat begitu berlebihan. Gue sampai silau dibuatnya. Gue merasa aneh ditempat ini. Begitu banyak orang yang nggak gue kenal. Semua menatap gue dengan pandangan yang kosong. Gue lihat diri gue yang bercahaya, memakai baju putih, seperti seorang malaikat. Tapi gue baru sadar … dimana gue? Gue berlari mencari mobil gue, karena seingat gue, terakhir gue berada didalam mobil, tapi kenapa gue bisa ada disini sekarang? Saat melewati sebuah ruangan, gue mendengar banyaknya suara tangisan. Sesaat gue sadari kalau ini adalah rumah sakit. Gue melihat Marisa yang pucat pasi seperti mayat hidup duduk dilantai dengan pandangan kosong. Gue mencoba mendekati Marisa. Dan memanggilnya. Tapi ajaib, Marisa nggak merespon panggilan gue. Apa dia sudah gila? bengong tanpa sebab, sampai-sampai panggilan sahabatnya nggak dia dengar. Tapi tiba-tiba gue mendengar jeritan seseorang. Yang … yang sangat familiar buat gue. Mama. Itu suara mama, kenapa mama bisa ada disini? Arah suara mama berasal dari ruangan ini. Gue mencoba memasuki ruangan ini. Dan, disini gue melihat banyak orang terdekat yang gue kenal. Papa, Andi, Yudi, dan .. dan .. Joordy. Ngapain mereka semua disini? Dan kenapa mama nangis seperti mama kehilangan sesuatu yang berharga? Gue melangkahkan kaki gue mendekati mama. Dan .. kalian tahu apa yang gue lihat? Gue melihat diri gue membeku, pucat pasi dan tersenyum. Heey, apa arti semua ini? Kenapa gue menjadi dua? Ada apa dengan semua ini? Gue melihat seorang suster menutup seluruh tubuh gue dengan kain putih. Oh Tuhaaaan, aku … apakah aku sudah mati? Oh Tuhaaaan? Kenapa begitu cepat? Dan kenapa aku tidak merasakan sakitnya? Aaaaaaaah. Masih juga gue bisa dikagetkan oleh suara tangisan mama, gue kan udah mati. Gue melihat mama memeluk tubuh gue begitu erat, seakan mama nggak menginginkan kepergian gue. Pastilah mama nggak mau kehilangan gue, selama ini gue dan mama deket banget.
“Mah, Kania juga sedih ninggalin mama. Tapi ini udah jalan hidup Kania mah. Jaga adek-adek yah mah. Pah, jagain mama. Jangan biarin mama terlarut dalam kesedihan hanya karena kehilangan Kania.”
Andi dan Yudi hanya bisa menundukan kepala, gue yakin mereka pasti nangis, tapi gengsi. Udalah nangis aja Ndi, Di. Buat temen baik lo satu ini. Buat gue. Sedetik kemudian mereka menatap keadaanku yang sudah terkulai tak berdaya sambil menangis. Waaaaw, apa mereka dengerin perkataan gue tadi ya? Dan Joordy, dia ada juga disana. Sambil, eh itu yang dia pegang kan, kan diary gue? Waaaaah kenapa bisa ada sama dia? Waaaah gawat kalau semua cerita gue dibaca. Maluuu gue, reputasi gue mau ditaro dimana? Yaaaah ampuuun deh, Tuhan tolooooooong. Joordy paling beda dari yang lain. Dia nggak nangis. Sudah pastilah, apa pedulinya dia sama gue. Dia cuman duduk disofa rumah sakit sambil mandangin diary gue yang terkena cipratan darah. Dia mulai membuka lembaran-lembaran buku gue. Oh nooooo, terbongkarlah semua rahasia gue. Astaga Tuhaaaan, tolong lenyapkan diaryku sekarang dari tangan Joordy dong. Gue lihat Joordy begitu serius membaca setiap lembaran diary gue. Gue penasaran apa yang dia baca, gue duduk disebelah dia. Dan gue melihat dia membaca kisah awal bagaimana gue bisa mengenal dia, kemudian bisa ngefans sama dia. Gue lihat dia tersenyum, tapi gue bisa ngerasain, senyuman Joordy, adalah senyuman pahit. Dia seperti nggak ingin membaca diary gue, tapi hatinya menuntun dia untuk mengetahui apa yang tertulis didalam hati gue, yang gue tumpahin semuanya didalam diary. Lama gue nungguin Joordy baca. Tiba-tiba dia beranjak dari sofa dan berjalan mendekati gue yang terbujur kaku dikasur rumah sakit. Masih ada mama yang ditemani Marisa disana. Papa, Andi, dan Yudi sudah keluar. Joordy datang kemudian membuka kain yang menutupi gue, sampai wajah gue kelihatan sepenuhnya. Joordy duduk disamping mama, meraih tangan gue. Dan menciumnya.
“Kania, maafin gue. Maaf buat semua yang udah gue lakuin ke elo. Maafin gue udah mutsin lo. Maafin gue karena gue udah egois, maafin gue karena nggak bisa jadi cowok yang baik buat lo. Lo begitu tulus memaafkan semua perbuatan gue ke elo. Tapi gue sendiri sulit buat maafin kesalahan-kesalahan lo. Maafin gue Kania. Gue nyesel nggak bisa ada disaat-saat terakhir lo. Gue nyesel nggak bisa ngungkapin isi hati gue yang sebenarnnya ada dihati gue saat lo masih bernafas. Kania, jujur perasaan gue nggak pernah berubah semenjak kita putus. Nggak pernah ada cewek yang bisa menggantikan posisi lo dihati gue. Walaupun gue pacaran sama cewek lain, tapi nggak ada satupun cewek yang berhasil gue cintai dengan tulus seperti gue mencintai lo. Maafin gue Kania.”
Gue tersenyum.
“Joordy. Gue tau lo masih sayang sama gue. Lo bisa baca didiary gue waktu gue pulang kehujanan, dan gue ngelihat lo goncengan naik motor sama cewek. Ditulisan itu gue bilang kalau gue percaya lo masih menyimpan rasa sayang ke gue. Bahkan cinta. Tapi Joordy, mungkin Tuhan belum mengizinkan kita buat bersama. Jadi walaupun gue dan lo masih menyimpan rasa cinta, kita belum bisa sama-sama dulu. Mungkin suatu saat nanti, bila kita dipertemukan kembali kita bisa bersama. Gue seneng bisa denger pernyataan lo secara langgsung. Walaupun gue nggak bisa ngerasain tangan lo yang menggenggam erat tangan gue. Tapi gue merasakan cinta lo yang lo berikan sama gue. Joordy, kalau kita nggak berjodoh, mau gimana lagi?.” Gue harap lo mendengarnya Joordy Varago.
-THE END -

today was Amazing ...

syukuri apa yang ada ... :)
hari ini hujann di Jakarta, padahal jam 02:00 waktu Indonesia Barat. tapi udah seperti magrib aja nih. gelap gulita, angin berhembus kencaaaaaaaaaaaaaaaaang banget. bahkan pohon palem yang ada dipusdiklat berjatuhan dedaunannya. bener-bener seperti sudah malem saja. dan udaranya pun dingin bangettt. tapi Alhamdulillah karena Jakarta akhirnya bisa sejuk juga :)

gue suka banget sama Hujan, nggak tau kenapa kalau ada hujan gue serasa damaii banget perasaannya. gue ngerasa kalau udah Hujan pasti akan datang berkah :) hehehehe
tapi disisi lain Hujan itu punya makna yang ngebuat gue selalu mengingat beberapa kenangan.
pertama : waktu Hujan adalah hari kelahiran gue, dimana waktu itu nyokap gue berjuang ditengah derasnya Hujan. maka dari itu nama gue ada unsur Hujannya. Windy Rainie Mustikanthena. Jadi Windy (Wind : Angin) Rainie (Rain : Hujan) dan Mustikanthena itu adalah pemberian dari bokap-nyokap gue dengan special. mmmmmm Mustikanthena (Mustika = aura tinggi Antena : waktu gue lahir antena Tipi dirumah roboh -.-" *jedeeeeng! yah dari situlah asal muasalnya, kalian bisa mengertikan sendiri apa arti nama gue, tapi yang perlu kalian pahami, apalah arti sebuah nama? yang penting kan bagaimana orangnya, bagaimana gue menjadi seseorang. :)

balik lagi yah ke Hujan :)
Hujan itu adalah mukjizat yang diambil dari Alam, dan dibuat oleh Allah. sesungguhnya kalau kita bisa lebih memahami, Hujan itu lebih banyak memberikan manfaat yang positif dibandingkan dengan sisi negatif nya :)
kalau nggak ada Hujan memangnya bisa menyuburkan tanaman Padi yang dipelihara oleh Petani? kalau nggak ada Hujan apa Samudera akan selalu terisi air? dan bisa menghasilkan Ikan-Ikan atau binatang laut lainnya? kalau nggak ada Hujan apa kita akan selalu tahan dengan suhu panas Matahari?

gue mensyukuri selalu bila hujan datang, karena gue diajarkan oleh Papa untuk tidak terus mengeluh dengan keadaan. apapun keadaan gue. gue harus selalu bersyukur. itu kata Papa. termasuk dengan Hujan gue nggak boleh ngeluh kalau Hujan datang, awalnya gue sering mengeluh loh, karena Hujan bisa membuat Banjir lah, bisa ngebuat gue kebasahan, atau Hujan bisa menghambat perjalanan gue kesuatu tempat. namun setelah gue sadar dari kata-kata Papa gue lebih bisa mensyukuri kedatangan Hujan. ketika Hujan datang dan gue sedang akan menuju suatu tempat, sehingga gue nggak bisa segera ketempat tersebut, gue anggap aja bahwa itu adalah waktu yang tepat untuk gue nggak kesana dulu, menunggu waktu yang lain :)
trus Hujan itu romantis loh, gue kan suka hal yang romatis :)
dan Hujan suka menyimpan banyak Rahasia :)








Wednesday 4 January 2012

keajaiban itu selalu ada ...

gue nggak pernah kepikiran untuk ada diposisi ini. gue juga nggak pernah bermimpi akan mengalami hal ini. ini sungguh diluar dugaan gue. apapun yang gue jalani saat ini adalah keajaiban Allah yang datang sangat tiba-tiba. umur gue baru menginjak 18th namun gue sudah diizinkan untuk menjadi orang yang dewasa. menjadi seseorang yang dewasa bukanlah hal yang mudah, itu yang pertama. namun ketika menjadi orang yang lebih dewasa gue bisa mengatasi segala hal dengan kepala dingin, dengan berfikir panjang dan lebih rileks dalam menjalani segala permasalahan dan gue bisa memandang kehidupan kedepannya dengan lebih baik. benar-benar membuat gue merasakan hal yang berebda dengan kehidupan gue dulu.

sesungguhnya keajaiban itu selalu datang setiap saat, namun kita hany kurang peka terhadap keajaiban yang Allah berikan kepada kita. banyak sekali rencana-rencana kita yang gagal ditengah jalan, namun itu semua adalah hasil koreksi dari Allah, bahwa rencana kita itu kurang bagus bila seperti itu, lebih baik lagi setelah Allah koreksi. saat itulah keajaiban mulai datang. ingat nggak istilah "Ambil hikmahnya aja" hikmah yang disebutkan adalah keajaiban dari Allah yang didatangkan untuk kebaikan kita. supaya kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari ini.
kadang saat gue belum berfikiran dewasa gue selalu menyesali keadaan tersebut, namun setelah gue sadari. itu semua memang berpengaruh besar terhadap kehidupan gue. gue bersyukur akan hal itu. sangat bersyukur sekali. setidaknya gue sudah jarang mengeluh bila gue mendapatkan sebuah masalah. karena gue percaya Allah pasti punya jalan yang lebih baik untuk gue. bayangin deh, Allah aja bisa membuat langit luas tanpa batas, pasti Allah juga bisa membuat akhir dari masalah-masalah yang kita hadapi. tentunya dengan akhir yang indah. itu semua tergantung dari diri kita aja kok, kalau kita percaya dengan keberadaan Allah dan selalu menerima apapun yang Allah berikan kepada kita dengan ikhlas dan kita juga nggak berhenti bekerja keras akan hal yang kita inginkan, Allah pasti akan sayaaaaaaaaaaaaaaaaaaang banget sama kita. kenapa gue bisa berbicara seperti ini? karena gue sudah mengalaminya. banyak sekali hal-hal sepele namun gue rasa itu adalah hal yang indah gue alami setelah gue percaya akan Keajaiban dari Allah :)

langit luas tanpa batas itu indah = buatan Allah
sinar matahari yang hangat = buatan Allah
bulan yang indah itu juga buatan Allah
semua yang berada di Galaksi ini adalah buatan Allah, itu semua keajaiban. Allah bisa membuat segalanya. kenapa kita harus meragukan keberadaan Allah dengan cara mengeluhkan segala masalah kita? Take it easy ... everything will be okay :)
believe it!!

gue percaya Allah selalu bisa memberikan jalan yang terbaik untuk gue dan kita semua :)

maybe you ..

You ..

nggak tau kah lo seperih apa perasaan hati yang nggak terbalas?
menanti sesuatu yang nggak kunjung datang
hari berganti hari
tetapi arah hati gue nggak pernah berubah
selalu tertuju kepada lo
gue nggak pernah jenuh menunggu
menunggu untuk lo cintai
namun lo hanya menganggapku lalu
seperti nggak kasat mata gue bagi lo
terkadang lelah menyuruh gue menyerah
meminta gue berhenti melakukan perbuatan sia-sia
dan mulai mencari cinta baru
namun bagaimana mungkin gue sanggup melakukannya
kalau semua tentang lo mengikuti seperti bayangan
menempel dibawah kaki gue?
dan bagaimana caranya membakar habis semua rindu
yang bertahun-tahun mengendap dihati gue
gue berharap mendapatkan jawaban dari lo
tapi lo tetap membisu membuat gue lebih lama menunggumu